(“Saat Engkau dibatas sebuah pengharapan, maka
biarkanlah Tuhan yang menyelesaikan semua.” ).
Tere
liye, penulis yang mampu membuatku tak pernah berhenti untuk terus membaca setiap
kata per kata, membalikkan lembar demi lembar semua imajinasi yang ia tuliskan
untuk menggambarkan setiap karakter, kisah dan konflik yang ada. Aku pun tak
pernah malu untuk terisak di tengah-tengah membaca, dan menyelesaikannya dengan
kondisi mata membengkak. Terhanyut dalam setiap potongan kisah yang ia sajikan.
Tere Liye, salah satu penulis yang dengan “kejam”nya selalu berhasil mempermainkan
emosi dalam setiap karyanya. Kini giliran Sunset bersama Rosie yang
sepertinya kembali membuatku menjadi “korban”. Sekali lagi dan bukan yang
terakhir kali.
Kini saatnya kututup lembar
terakhir buku ini dan kubangkitkan kembali kisah mereka.
................................................................................................................................................................................
Sunset
bersama Rosie, sebuah
kisah cinta segitiga antara Tegar, Rosie dan Nathan. Dimulai dari persahabatan
antara Tegar dan Rosie yang sudah terjalin selama puluhan tahun, menumbuhkan
rasa yang berbeda dalam diri Tegar kepada
Rosie. Kisah yang seperti ini mungkin sudah menjadi hal yang klise. Persahabatan lalu akhirnya jatuh cinta. Sayangnya
dalam kisah ini yang baru menyadari rasa berbeda itu hanyalah Tegar. Rasa cinta
yang besar dalam diri Tegar kepada
Rosie, tidak memberikan kesempatan sedikitpun kepada Rosie untuk menyadarinya.
Tegar selalu ada untuk Rosie.
Jika kau ingin tahu bagaimana seseorang menyadari rasa
sayang, maka berikan sedikit rasa yang menyakitkan. Pergilah…
Namun,
hal itu tidak pernah dilakukan Tegar. Hingga muncullah Nathan yang merupakan
sahabat Tegar. Perkenalan sesaat antara Nathan dan Rosie (karena Tegar), yang
kenyataannya lebih agresif untuk menyatakan ketertarikannya kepada Rosie, membuat
Nathan lebih menawan dihadapan Rosie. Dalam waktu yang tidak lama, Nathan
ternyata mampu membuat Rosie mengatakan iya
untuk janji kehidupan bersama. Sebuah
pernikahan antara Nathan dan Rosie.
Dalam
benak kalian pasti bertanya, dimana Tegar? Bagaimana Tegar? Kenapa bukan Tegar?
Inilah
Tegar. Tegar yang tak mampu untuk mengambil kesempatan itu. Tegar yang tak
memiliki keberanian seperti Nathan. Pengakuan Nathan dan jawaban Rosie membuat
Ia tak memiliki harapan lagi. Kala itu, Tegar tidaklah setabah dan setangguh
namanya.
Kalian pasti
bisa membayangkan bagaimana terlukanya saat kita yang sudah puluhan tahun selalu
bersama dengan seseorang, memendam rasa yang khusus dan menyimpan jutaan
kenangan bersama-bersama, harus kehilangan dan mengalah dengan “orang asing”.
Itulah
yang terjadi dengan Tegar. Hampir semua dalam hidupnya hanya ada Rosie. Semua
tentang Rosie. Lalu tiba-tiba seorang Nathan, yang hanya beberapa bulan
mengenal Rosie telah mampu merebut Rosie darinya. Tak hanya merampas Rosie,
tapi semua kenangan dan mimpi-mimpi Tegar.
Tegar
menghilang dan menjauh dari kehidupan Rosie. Ia memaksa dirinya mengubur semua
tentang Rosie.
Ada banyak cara menikmati sepotong kehidupan
saat kalian sedang tertikam belati sedih. Salah satunya dengan menerjemahkan
banyak hal yang menghiasi dunia dengan cara tak lazim. Saat melihat gumpalan
awan di angkasa. Saat menyimak tampias air yang membuat bekas di langit kamar.
Dengan pemahaman berbeda maka kalian akan merasakan sesuatu yang berbeda pula (Tere liye, 2011:108).
(“Hanya
waktu yang akan mampu menyembuhkan sebuah luka...)
Kehidupan
terus berjalan. Rosie dan Nathan yang akhirnya memiliki 4 kuntum bunga. Anggrek,
Sakura, Jasmine dan Lili dan mengelola sebuah resort di sebuah kawasan wisata
Gili Trawangan, Lombok. Sungguh lengkap bukan kebahagiaan mereka. Kehidupan
yang nyaman dan keempat putri yang cantik.
Sementara
itu, di sebuah perusahaan sekuritas terkenal di Jakarta, seorang pria berusia 30an.
Seorang pria yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan bekerja hampir 18 jam
sehari, hingga mampu membuat karirnya begitu melesat. Pria dengan seorang
tunangan yang begitu cantik dan telah 6 tahun
menemaninya, Sekar. Hanya tinggal menunggu waktu bagi mereka berdua untuk mengucapkan sebuah janji kehidupan,
sebuah pernikahan. Pria itu tak lain adalah Tegar.
Terjawab
sudah kemana Tegar selama ini. Beberapa tahun lamanya dia membenamkan diri
dalam pekerjaan, rutinitas tanpa henti. Belajar untuk melupakan dan meredupkan
debaran hati tatkala mengingat nama itu. Hingga Sekar, wanita yang awalnya hanya
pelarian hati Tegar, dengan sabar dan pengertian telah memberikan rasa nyaman
dalam diri Tegar.
(Sekali lagi, sebuah persahabatan menimbulkan
cinta).
Takdir
telah mempertemukan kembali Tegar dan Rosie untuk pertama kalinya setelah
sekian lama. Kala itu Rosie telah memiliki Anggrek yang sudah berusia 6 tahun
dan Sakura berusia 3 tahun. Rosie yang memang telah lama mencari Tegar, yang
tanpa ia sengaja mengetahui alamat apartemen Tegar dari catatan Oma tanpa
meminta ijin kepada Tegar, segera menemui Tegar di apartemennya. Oma, nenek
Rosie yang memang sengaja tidak menceritakan keberadaan Tegar, telah mengetahui lebih awal kabar Tegar
setelah Tegar menelponnya. Oma, wanita inilah yang mengetahui semuanya tentang
Tegar dan Rosie, karena itulah hanya kepada Oma, Tegar mampu menceritakan
semuanya.
Pertemuan
awal ini membuat Tegar kembali berada dalam kehidupan Rosie. Hingga keempat
putri Rosie terlahir, Tegar selalu menjadi seorang sosok paman yang keren,
super dan hebat bagi keempat putri Rosie.
Apakah Tegar tetap mencintai Rosie sama seperti dulu?
Kehidupan
terus berjalan, hingga sebuah kejadian yang tak pernah ada dalam scenario
pikiran Tegar dan Rosie telah terjadi. Inilah awal dimana takdir yang sebenarya
mulai terurai.
Peristiwa
Bom Bali yang akhirnya menewaskan Nathan. Saat itu, keluarga Rosie dan Nathan memang
tengah berlibur dan menikmati sunset di Bali untuk merayakan ulang tahun Rosie.
Kematian Nathan membawa luka yang mendalam bagi Rosie hingga membuatnya depresi
berat. Depresi yang begitu hebatnya membuatnya selama 2 tahun harus berada di
tempat perawatan kejiwaan karena ia mencoba untuk bunuh diri dan bahkan
mengancam hidup keempat anaknya. Tak hanya Rosie, Lili si bungsu pun tak mampu
bicara bukan karena ia tak bisa, tapi peristiwa naas itu membuatnya tak ingin
bicara.
Semua
peristiwa ini memaksa Tegar untuk mengorbankan banyak hal. Rencana pernikahan
dan karir pekerjaannya di Jakarta yang tengah bersinar, karena keempat kuntum
bunga itu sangat membutuhkan paman super keren dan hebat. Mereka harus belajar memaafkan keadan dan rasa
sakit yang ada, tetapi tidak melupakannya.
Kunang-kunang hanya mampu menyalakan ekornya
semalaman. Esok pagi ketika matahari datang, lampu kunang-kunang akan padam
selamanya. Mati pergi. Tetapi mereka tidak pernah mengeluh atas takdir yang
sesingkat itu. Mereka tidak pernah menangis atas nasib sependek itu. (tere
liye, 2011:148).
(Semua
yang kita lakukan hari ini menentukan apa yang akan terjadi di masa mendatang…)
2 tahun
kebersamaan Tegar bersama dengan keempat putri Rosie membawa sebuah kedekatan.
Sebuah ikatan yang kuat antara Tegar dan keempat putri Rosie. Saat orang
melihatnya mungkin lebih pantas jika menyebut kedekatan mereka layaknya seorang
ayah dan keempat putrinya.
Sebenarnya
bukan hanya keempat putri Rosie yang merasakan kedekatan itu, Rosie pun
merasakan kembali perasaan itu.
Perasaan yang tidak pernah dimengerti Rosie semenjak bertahun-tahun yang
lalu kepada Tegar. Perasaan yang pernah membuat Rosie hampir membatalkan
pernikahannya dengan Nathan, saat Oma mengatakan perasaan Tegar yang sebenarnya sesaat sebelum Rosie menikah.
Hingga pernikahan itu sempat tertunda 6 bulan lamanya, dan Tegar tidak tahu tentang itu.
Saat Rosie
dan keempat putrinya tengah merasakan
begitu dekat dengan Tegar, Sekar yang memang telah mengetahui semua
tentang Rosie dari Tegar merasa
jauh dari Tegar. Sekar yang telah lama membohongi diri sendiri untuk yakin
bahwa perasaan Tegar kepada Rosie hanyalah sebungkus kisah lama, kini perasaan
itu semakin menyiksa dirinya saat kenyataan yang ia lihat berlawanan dengan
yang ia pikirkan. Ia semakin tau bahwa ia tak akan pernah mampu bersaing dengan
masa lalu itu. Janji kehidupan dari Tegar tak akan mampu diwujudkan. Ia takut
dengan harapan-harapan. Ia lebih memilih untuk mundur, membakar rasa sayangnya
kepada Tegar dengan membatalkan rencana pernikahan dan menerima pinangan dari
orang lain yang mencintainya. Pergi jauh dari Tegar dan semua tentang Tegar. Lebih
mudah untuk menerima seseorang yang lebih mencintainya daripada harus
mencintai.
Tukik
yang semenjak dilahirkan ditimbun dalam hamparan pasir, mereka telah ditanamkan
perasaan setia untuk mengenali aroma lingkungan tempatnya dilahirkan. Mengenali
udara, suhu, matahari, angin yang berhembus dan setiap jengkal muasal mereka. Tatkala
mereka telah menetas dan mulai merangkak perlahan di tepi pantai seiring cahaya
matahari terbit, mereka mengikrarkan janji setia. Mereka akan pergi bertualang
menjelajahi samudera luas, beranjak dewasa, bertualang dan mengenal setiap
sudut kehidupan lautan. Tapi saat mereka bersiap untuk mencari pasangan, mereka
akan kembali di tempat mereka dilahirkan, menunaikan janji setia yang pernah
mereka ikarkan.
Ajaibnya,
penyu-penyu ini hanya memiliki satu pasangan selama hidupnya. Saat mereka
kembali untuk pertama kalinya secara naluriah mereka hanya akan jatuh cinta
kepada wanita yang pertama kali ditemuinya. Saat membentuk barisan di pantai
dulu, saat kanak-kanak. (Tere
liye, 2011;275-276)
Kali ini Tegar merasa terjebak saat Linda,
sahabat Rosie menceritakan keputusan Sekar untuk menikah dengan orang lain yang
tidak pernah ia cintai. Linda telah menceritakan bagaimana selama 2 tahun
terakhir semenjak Tegar berkorban untuk menemani keempat putri Rosie, Sekar
berusaha berjuang membunuh semua perasaan-perasaan dan kebahagiaannya.
Terjebak dalam kehidupan masa lalu dan
sebuah janji kepada seorang yang begitu besar mencintainya. Ia tahu bagaimana rasanya
sayang yang begitu besar justru semakin membakar diri. Ia tahu bagaimana saat
mimpi-mimpi yang sudah di depan mata hanya berakhir dengan sebuah harapan
kosong. Ia harus memilih.
Pengalaman hidup dan kedekatannya dengan
Tegar, membuat Oma mampu melihat kegelisahan Tegar saat itu. Ia pun mampu
melihat benih-benih cinta yang tumbuh di mata Rosie. Oma harus melakukan
sesuatu. Tegar tidak boleh melakukan kesalahan yang sama dengan beberapa tahun
yang lalu, saat ia tidak berani mengambil kesempatan itu. Lebih menyakitkan
rasa penyesalan karena sesuatu hal yang tidak kita lakukan dibandingkan
penyesalan karena suatu hal yang pernah kita lakukan.
“Tegar,
bukan sebuah
kesalahan jika kita menyerahkan sebuah kesempatan pada suratan nasib.
Biarkanlah itu seperti itu. Andaikata itu takdir yang terbaik, maka akan ada
sesuatu yang membelokkan semua kenyataan. Tapi sepanjang itu belum terjadi,
mawar tidak akan pernah tumbuh di tegarnya karang. Karena itu, Tuhan, ku
titipkan seluruh urusan ini hanya kepada-Mu. Jika Engkau biarkan menghendaki
mawar itu tumbuh, maka biarkanlah itu terjadi. “
Akhirnya Tegar telah membuat pilihan. Ia
akan membatalkan pernikahan Sekar dan melanjutkan kembali rencana-rencana
mereka. Anak-anak akan baik-baik saja bersama ibu mereka, Rosie. Anak-anak akan
mengerti itu. Pernikahan Sekar dan Tegar akan dilangsungkan, dengan baju
pernikahan, undangan dan mahar yang sama.
Dan tibalah hari ini, hari yang
paling menentukan bagi Tegar dan Sekar.
.................................................................................................................................................................
Saat ku tuliskan kembali kisah ini, yang
ada di benakku adalah kini Tegar dan Rosie sedang duduk menikmati beberapa
detik pertunjukan warna langit. Kuning, oranye, biru dan ungu yang berpendar. Perayaan
langit yang semarak tanpa suara. Hingga surya perlahan turun, saatnya malam
yang tenang mengambil alih. Menikmati beberapa
detik yang menakjubkan.
“Setiap detik yang terjadi sebelum sebuah
peristiwa besar dalam hidup adalah saat-saat tepat bagi kita melepaskan segala
ketergantungan kita pada dunia dan kesombongan diri. Pasrahkan, karena disaat
itulah Tuhan dalam takdir-Nya yang akan menentukan. “
Seperti kisah Tegar dan
Rosie ini yang ditentukan sesaat sebelum pernikahan Tegar dan Sekar
berlangsung. Lili yang tidak pernah bicara kepada siapapun., justru takdir
Tuhan berbicara melalui Lili. “Lili tak ingin memanggil Paman, Uncle atau Om
seperti Kak Anggrek, Sakura dan Jasmine, tapi Lili ingin memanggil Papa Tegar.”
Sekar mengalah, Ia bukanlah ditakdirkan untuk Tegar. Tuhan telah memberikan
jawaban.
Sebuah persembahan..
21 September 2013.
20.46 pm
Ditemani segelas kopi dan hujan