Selasa, 24 September 2013

Retell of story




(“Saat Engkau dibatas sebuah pengharapan, maka biarkanlah Tuhan yang menyelesaikan semua.” ).
Tere liye, penulis yang mampu membuatku tak pernah berhenti untuk terus membaca setiap kata per kata, membalikkan lembar demi lembar semua imajinasi yang ia tuliskan untuk menggambarkan setiap karakter, kisah dan konflik yang ada. Aku pun tak pernah malu untuk terisak di tengah-tengah membaca, dan menyelesaikannya dengan kondisi mata membengkak. Terhanyut dalam setiap potongan kisah yang ia sajikan. Tere Liye, salah satu penulis yang dengan “kejam”nya selalu berhasil mempermainkan emosi dalam setiap karyanya. Kini giliran Sunset bersama Rosie yang sepertinya kembali membuatku menjadi “korban”. Sekali lagi dan bukan yang terakhir kali.
Kini saatnya kututup lembar terakhir buku ini dan kubangkitkan kembali kisah mereka.

................................................................................................................................................................................
Sunset bersama Rosie, sebuah kisah cinta segitiga antara Tegar, Rosie dan Nathan. Dimulai dari persahabatan antara Tegar dan Rosie yang sudah terjalin selama puluhan tahun, menumbuhkan rasa yang  berbeda dalam diri Tegar kepada Rosie. Kisah yang seperti ini mungkin sudah menjadi hal yang klise. Persahabatan lalu akhirnya jatuh cinta. Sayangnya dalam kisah ini yang baru menyadari rasa berbeda itu hanyalah Tegar. Rasa cinta yang besar dalam diri Tegar kepada  Rosie, tidak memberikan kesempatan sedikitpun kepada Rosie untuk menyadarinya. Tegar selalu ada untuk Rosie. 
Jika kau ingin tahu bagaimana seseorang menyadari rasa sayang, maka berikan sedikit rasa yang menyakitkan. Pergilah…

Namun, hal itu tidak pernah dilakukan Tegar. Hingga muncullah Nathan yang merupakan sahabat Tegar. Perkenalan sesaat antara Nathan dan Rosie (karena Tegar), yang kenyataannya lebih agresif untuk menyatakan ketertarikannya kepada Rosie, membuat Nathan lebih menawan dihadapan Rosie. Dalam waktu yang tidak lama, Nathan ternyata mampu membuat Rosie mengatakan iya untuk janji kehidupan bersama. Sebuah pernikahan antara Nathan dan Rosie.

Dalam benak kalian pasti bertanya, dimana Tegar? Bagaimana Tegar? Kenapa bukan Tegar?

Inilah Tegar. Tegar yang tak mampu untuk mengambil kesempatan itu. Tegar yang tak memiliki keberanian seperti Nathan. Pengakuan Nathan dan jawaban Rosie membuat Ia tak memiliki harapan lagi. Kala itu, Tegar tidaklah setabah dan setangguh namanya.
Kalian pasti bisa membayangkan bagaimana terlukanya saat kita yang sudah puluhan tahun selalu bersama dengan seseorang, memendam rasa yang khusus dan menyimpan jutaan kenangan bersama-bersama, harus kehilangan dan mengalah dengan “orang asing”.
Itulah yang terjadi dengan Tegar. Hampir semua dalam hidupnya hanya ada Rosie. Semua tentang Rosie. Lalu tiba-tiba seorang Nathan, yang hanya beberapa bulan mengenal Rosie telah mampu merebut Rosie darinya. Tak hanya merampas Rosie, tapi semua kenangan dan mimpi-mimpi Tegar.

Tegar menghilang dan menjauh dari kehidupan Rosie. Ia memaksa dirinya mengubur semua tentang Rosie.

Ada banyak cara menikmati sepotong kehidupan saat kalian sedang tertikam belati sedih. Salah satunya dengan menerjemahkan banyak hal yang menghiasi dunia dengan cara tak lazim. Saat melihat gumpalan awan di angkasa. Saat menyimak tampias air yang membuat bekas di langit kamar. Dengan pemahaman berbeda maka kalian akan merasakan sesuatu yang berbeda pula (Tere liye, 2011:108).

(“Hanya waktu yang akan mampu menyembuhkan sebuah luka...)
Kehidupan terus berjalan. Rosie dan Nathan yang akhirnya memiliki 4 kuntum bunga. Anggrek, Sakura, Jasmine dan Lili dan mengelola sebuah resort di sebuah kawasan wisata Gili Trawangan, Lombok. Sungguh lengkap bukan kebahagiaan mereka. Kehidupan yang nyaman dan keempat putri yang cantik.
Sementara itu, di sebuah perusahaan sekuritas terkenal di Jakarta, seorang pria berusia 30an. Seorang pria yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan bekerja hampir 18 jam sehari, hingga mampu membuat karirnya begitu melesat. Pria dengan seorang tunangan yang begitu cantik dan telah 6 tahun  menemaninya, Sekar. Hanya tinggal menunggu waktu bagi mereka berdua  untuk mengucapkan sebuah janji kehidupan, sebuah pernikahan. Pria itu tak lain adalah Tegar.
Terjawab sudah kemana Tegar selama ini. Beberapa tahun lamanya dia membenamkan diri dalam pekerjaan, rutinitas tanpa henti. Belajar untuk melupakan dan meredupkan debaran hati tatkala mengingat nama itu. Hingga Sekar, wanita yang awalnya hanya pelarian hati Tegar, dengan sabar dan pengertian telah memberikan rasa nyaman dalam diri Tegar.
(Sekali lagi, sebuah persahabatan menimbulkan cinta).
Takdir telah mempertemukan kembali Tegar dan Rosie untuk pertama kalinya setelah sekian lama. Kala itu Rosie telah memiliki Anggrek yang sudah berusia 6 tahun dan Sakura berusia 3 tahun. Rosie yang memang telah lama mencari Tegar, yang tanpa ia sengaja mengetahui alamat apartemen Tegar dari catatan Oma tanpa meminta ijin kepada Tegar, segera menemui Tegar di apartemennya. Oma, nenek Rosie yang memang sengaja tidak menceritakan keberadaan Tegar,  telah mengetahui lebih awal kabar Tegar setelah Tegar menelponnya. Oma, wanita inilah yang mengetahui semuanya tentang Tegar dan Rosie, karena itulah hanya kepada Oma, Tegar mampu menceritakan semuanya.
Pertemuan awal ini membuat Tegar kembali berada dalam kehidupan Rosie. Hingga keempat putri Rosie terlahir, Tegar selalu menjadi seorang sosok paman yang keren, super dan hebat bagi keempat putri Rosie.
Apakah Tegar tetap mencintai Rosie sama seperti dulu?   
Kehidupan terus berjalan, hingga sebuah kejadian yang tak pernah ada dalam scenario pikiran Tegar dan Rosie telah terjadi. Inilah awal dimana takdir yang sebenarya mulai terurai.
Peristiwa Bom Bali yang akhirnya menewaskan Nathan. Saat itu, keluarga Rosie dan Nathan memang tengah berlibur dan menikmati sunset di Bali untuk merayakan ulang tahun Rosie. Kematian Nathan membawa luka yang mendalam bagi Rosie hingga membuatnya depresi berat. Depresi yang begitu hebatnya membuatnya selama 2 tahun harus berada di tempat perawatan kejiwaan karena ia mencoba untuk bunuh diri dan bahkan mengancam hidup keempat anaknya. Tak hanya Rosie, Lili si bungsu pun tak mampu bicara bukan karena ia tak bisa, tapi peristiwa naas itu membuatnya tak ingin bicara.
Semua peristiwa ini memaksa Tegar untuk mengorbankan banyak hal. Rencana pernikahan dan karir pekerjaannya di Jakarta yang tengah bersinar, karena keempat kuntum bunga itu sangat membutuhkan paman super keren dan hebat.  Mereka harus belajar memaafkan keadan dan rasa sakit yang ada, tetapi tidak melupakannya.
Kunang-kunang hanya mampu menyalakan ekornya semalaman. Esok pagi ketika matahari datang, lampu kunang-kunang akan padam selamanya. Mati pergi. Tetapi mereka tidak pernah mengeluh atas takdir yang sesingkat itu. Mereka tidak pernah menangis atas nasib sependek itu. (tere liye, 2011:148).
(Semua yang kita lakukan hari ini menentukan apa yang akan terjadi di masa mendatang…)
2 tahun kebersamaan Tegar bersama dengan keempat putri Rosie membawa sebuah kedekatan. Sebuah ikatan yang kuat antara Tegar dan keempat putri Rosie. Saat orang melihatnya mungkin lebih pantas jika menyebut kedekatan mereka layaknya seorang ayah dan keempat putrinya.
Sebenarnya bukan hanya keempat putri Rosie yang merasakan kedekatan itu, Rosie pun merasakan kembali perasaan itu. Perasaan yang tidak pernah dimengerti Rosie semenjak bertahun-tahun yang lalu kepada Tegar. Perasaan yang pernah membuat Rosie hampir membatalkan pernikahannya dengan Nathan, saat Oma mengatakan perasaan Tegar yang sebenarnya sesaat sebelum Rosie menikah. Hingga pernikahan itu sempat tertunda 6 bulan lamanya, dan Tegar tidak tahu tentang itu.
Saat Rosie dan keempat putrinya tengah merasakan begitu dekat dengan Tegar, Sekar yang memang telah mengetahui semua tentang Rosie dari Tegar merasa jauh dari Tegar. Sekar yang telah lama membohongi diri sendiri untuk yakin bahwa perasaan Tegar kepada Rosie hanyalah sebungkus kisah lama, kini perasaan itu semakin menyiksa dirinya saat kenyataan yang ia lihat berlawanan dengan yang ia pikirkan. Ia semakin tau bahwa ia tak akan pernah mampu bersaing dengan masa lalu itu. Janji kehidupan dari Tegar tak akan mampu diwujudkan. Ia takut dengan harapan-harapan. Ia lebih memilih untuk mundur, membakar rasa sayangnya kepada Tegar dengan membatalkan rencana pernikahan dan menerima pinangan dari orang lain yang mencintainya. Pergi jauh dari Tegar dan semua tentang Tegar. Lebih mudah untuk menerima seseorang yang lebih mencintainya daripada harus mencintai.
Tukik yang semenjak dilahirkan ditimbun dalam hamparan pasir, mereka telah ditanamkan perasaan setia untuk mengenali aroma lingkungan tempatnya dilahirkan. Mengenali udara, suhu, matahari, angin yang berhembus dan setiap jengkal muasal mereka. Tatkala mereka telah menetas dan mulai merangkak perlahan di tepi pantai seiring cahaya matahari terbit, mereka mengikrarkan janji setia. Mereka akan pergi bertualang menjelajahi samudera luas, beranjak dewasa, bertualang dan mengenal setiap sudut kehidupan lautan. Tapi saat mereka bersiap untuk mencari pasangan, mereka akan kembali di tempat mereka dilahirkan, menunaikan janji setia yang pernah mereka ikarkan.
Ajaibnya, penyu-penyu ini hanya memiliki satu pasangan selama hidupnya. Saat mereka kembali untuk pertama kalinya secara naluriah mereka hanya akan jatuh cinta kepada wanita yang pertama kali ditemuinya. Saat membentuk barisan di pantai dulu, saat kanak-kanak. (Tere liye, 2011;275-276)
Kali ini Tegar merasa terjebak saat Linda, sahabat Rosie menceritakan keputusan Sekar untuk menikah dengan orang lain yang tidak pernah ia cintai. Linda telah menceritakan bagaimana selama 2 tahun terakhir semenjak Tegar berkorban untuk menemani keempat putri Rosie, Sekar berusaha berjuang membunuh semua perasaan-perasaan dan kebahagiaannya.
Terjebak dalam kehidupan masa lalu dan sebuah janji kepada seorang yang begitu besar mencintainya. Ia tahu bagaimana rasanya sayang yang begitu besar justru semakin membakar diri. Ia tahu bagaimana saat mimpi-mimpi yang sudah di depan mata hanya berakhir dengan sebuah harapan kosong. Ia harus memilih.
Pengalaman hidup dan kedekatannya dengan Tegar, membuat Oma mampu melihat kegelisahan Tegar saat itu. Ia pun mampu melihat benih-benih cinta yang tumbuh di mata Rosie. Oma harus melakukan sesuatu. Tegar tidak boleh melakukan kesalahan yang sama dengan beberapa tahun yang lalu, saat ia tidak berani mengambil kesempatan itu. Lebih menyakitkan rasa penyesalan karena sesuatu hal yang tidak kita lakukan dibandingkan penyesalan karena suatu hal yang pernah kita lakukan.
Tegar, bukan sebuah kesalahan jika kita menyerahkan sebuah kesempatan pada suratan nasib. Biarkanlah itu seperti itu. Andaikata itu takdir yang terbaik, maka akan ada sesuatu yang membelokkan semua kenyataan. Tapi sepanjang itu belum terjadi, mawar tidak akan pernah tumbuh di tegarnya karang. Karena itu, Tuhan, ku titipkan seluruh urusan ini hanya kepada-Mu. Jika Engkau biarkan menghendaki mawar itu tumbuh, maka biarkanlah itu terjadi.
Akhirnya Tegar telah membuat pilihan. Ia akan membatalkan pernikahan Sekar dan melanjutkan kembali rencana-rencana mereka. Anak-anak akan baik-baik saja bersama ibu mereka, Rosie. Anak-anak akan mengerti itu. Pernikahan Sekar dan Tegar akan dilangsungkan, dengan baju pernikahan, undangan dan mahar yang sama.
Dan tibalah hari ini, hari yang paling menentukan bagi Tegar dan Sekar. 
.................................................................................................................................................................


Saat ku tuliskan kembali kisah ini, yang ada di benakku adalah kini Tegar dan Rosie sedang duduk menikmati beberapa detik pertunjukan warna langit. Kuning, oranye, biru dan ungu yang berpendar. Perayaan langit yang semarak tanpa suara. Hingga surya perlahan turun, saatnya malam yang tenang mengambil alih.  Menikmati beberapa detik yang menakjubkan.
“Setiap detik yang terjadi sebelum sebuah peristiwa besar dalam hidup adalah saat-saat tepat bagi kita melepaskan segala ketergantungan kita pada dunia dan kesombongan diri. Pasrahkan, karena disaat itulah Tuhan dalam takdir-Nya yang akan menentukan. “
Seperti kisah Tegar dan Rosie ini yang ditentukan sesaat sebelum pernikahan Tegar dan Sekar berlangsung. Lili yang tidak pernah bicara kepada siapapun., justru takdir Tuhan berbicara melalui Lili. “Lili tak ingin memanggil Paman, Uncle atau Om seperti Kak Anggrek, Sakura dan Jasmine, tapi Lili ingin memanggil Papa Tegar.” Sekar mengalah, Ia bukanlah ditakdirkan untuk Tegar. Tuhan telah memberikan jawaban.




Sebuah persembahan..
21 September 2013. 20.46 pm
Ditemani segelas kopi dan hujan

 

5 komentar:

zachflazz mengatakan...

Nggi. pilihan katanya kaya banget ya..

gayo mengatakan...

kaya apa pak?
Kaya duit?kaya hati atau kaya artis??:P
masih bau kencur kalau dibandingkan tulisan bapak mah.

zachflazz mengatakan...

kolaborasi deh sama Poppy, saya yang manajerin bikin buku!

Popi mengatakan...

wah..itu rangkaian kalimatnya udah kelas 'berat'. Hampir menyerupai Dee.
kalo model seperti ini, saya nyerah... :D

gayo mengatakan...

Berat mama sma Berar badan kita teteh???hehe

Posting Komentar