When
something must happens, no matter what it will come soon by its way.......
Semua
orang saya yakin sadar hal tersebut, tetapi mungkin hanya beberapa orang
mungkin yang dengan sadar mampu menyikapinya dengan melihatnya sedikit
filosofis. Saya
katakan sedikit filosofis, karena setiap peristiwa tidak serta merta terjadi
begitu saja, pasti di dalamnya ada paling sedikit
1.
dengan cara apa;
2.
karena apa; dan
3.
untuk apa,
peristiwa itu terjadi.
Jika
peristiwa baik dan bahagia yang terjadi tentunya dengan senang hati kita akan
mengingat dan senang hati jika ditanyakan semua pertanyaan-pertanyaan di atas, lantas
bagaimana jika hal buruk yang justru terjadi? Banyak dari kita yang cenderung
melupakan dan bahkan kadang menderita karenanya. Saya adalah bagian dari mereka
yang bersikap sama ketika saya mendapatkan suatu hal yang baik dan buruk,
sampai ketika hari dimana saya pernah mengalami hal buruk dan secara tidak
sadar belajar untuk melihat peristiwa yang saya alami tersebut dengan pikiran
dan hati terbuka.
Kejadian
naas itu terjadi pada hari Minggu pagi tanggal 3 Juni 2013 pukul 05.30. Jogging
adalah suatu kegiatan yang sering saya lakukan sejak selesai solat subuh sampai
pukul 6 pagi.
Hal yang
berbeda dari biasanya adalah jogging yang saya lakukan pada hari itu adalah
jogging hari pertama setelah hampir 2 minggu saya vakum. Selain itu, malam
sebelum hari H saya sebenarnya sudah cukup kelelahan menyelesaikan tugas kuliah
dan tidur malam menjelang jam 12 malam. Biasanya jika sudah kelelahan malam
harinya, keesokan harinya saya tidak akan memaksakan untuk jogging. Entah
kenapa pagi itu saya sepertinya bangun pagi dengan energi berlebih yang membuat
saya masih begitu semangat untuk jogging dan bahkan menambah menjadi 2 kali
putaran.
Dan
akhirnya, kejadian naas itu terjadi. Tepat pada putaran kedua jogging, saat
saya hendak mematikan musik MP3 dan mengeluarkan handphone dari kantong celana,
dari sebelah kanan seorang pengendara motor secara tiba-tiba menarik handphone
dari tangan saya dan melaju kencang meninggalkan saya yang hanya sempat
berteriak “maling”, meski hanya sekali. Meski kejadian tersebut terjadi di
pinggir jalan besar, karena hari minggu kondisi jalanan pada saat itu cukup
sepi dan agak gelap ditambah langit yang mendung. Saya tidak meneruskan untuk
berteriak histeris atau meminta tolong karena bagi saya adalah percuma. Hanya satu dua orang di tepi jalan, yang tidak
melihat peristiwa yang menimpa saya secara langsung, menoleh setelah mendengar teriakan
saya dan hanya bertanya, “dijambret yah neng”. Saya mengangguk pelan dan
meneruskan untuk berjalan meski dengan langkah gontai dan syok.
Dalam
perjalanan kembali ke kos, pikiran saya mulai dipenuhi dengan berbagai macam
pernyataan seperti “pantas saja saya begitu memaksakan untuk jogging, pantas
saja saya ingin menambah putaran”. Ini semua bukan keinginan saya, tetapi memang
inilah yang harus terjadi. Allah-lah yang menghendaki ini semua terjadi. Semua
keinginan dan semangat ini tidak seperti biasanya koq. Saya tidak bisa
menghindarinya dan tentu saja saya tidak harus menyesali. Pasti ada alasan
kenapa Allah menghendaki semua itu terjadi.
Ajaib.
Sibuk memikirkan pernyataan-pernyataan tersebut, membuat saya begitu ikhlas
dengan hilangnya handphone saya
tetapi yang masih tertinggal adalah rasa takut dan ngeri saat ingat penjambret
itu sempat menarik tangan saya. Entah apakah ini yang saya sebut dengan “pencerahan”.
Dari
kejadian tersebut yang mungkin saya bisa simpulkan adalah sebuah peristiwa itu
bisa terjadi, dan jika harus terjadi pasti ada banyak jalan entah dengan
sesuatu yang sudah direncanakan sebelumnya atau tanpa disadari. Jalannya pun
bisa saja dari luar atau dari dalam diri kita sendiri, seperti halnya yang saya
alami. Kejadian naas yang terjadi pada saya adalah melalui keinginan dan
semangat saya sendiri.
Bukan tanpa alasan kenapa peristiwa itu harus terjadi
kepada saya, meski sampai sekarang saya belum tahu secara pasti. Namun yang
saya rasakan dampaknya adalah ada banyak waktu bagi saya lebih menyempatkan
waktu untuk membaca dan mungkin untuk menulis kembali meski dengan menceritakan
pengalaman saya ini dalam blog. Bukan untuk bermaksud menggurui atau meminta
simpati, tetapi ingin berbagi untuk berpikir dengan cara yang lebih baik.